Indramayu | dinamikapendidikan.com – Sungguh malang nasib warga Desa Lohbener RT/21 RW/05 blok Celo Kecamatan Lohbener Kabupaten Indramayu,Jawa Barat. Pasalnya sudah hampir 5 tahun terakhir rumah warga diblok Celo terendam air akibat tidak adanya saluran irigasi untuk pembuangan air, sehingga ketika musim hujan air menggenang. Air yang menggenang biblok Celo bukan hanya air hujan saja, akan tetapi air yang dari sungai Cipelang masuk ketika debit air sedang pasang.
Salah seorang warga blok Celo Sunardi menceritakan kesedihanya pada media ini. Dirinya mengatakan, sudah pernah mengadu pada RT dan Pemerintah Desa Lohbener, akan tetapi tidak pernah ditanggapi.Sabtu (20/09/2025)
“Sudah berkali-kali saya mengadu pada RT, bahkan langsung pada Kuwu/Kepala Desa Lohbener Rusli Hamzah dengan kondisi banyak rumah yang terendam air, tetapi Kuwu tidak pernah menanggapi. Bahkan Kuwu mengatakan itu bukan urusan saya”, ucapnya menirukan Kuwu.
Dirinya berharap pada Pemerintah desa untuk segera membuat saluran irigasi, karena dari dulu saluran itu sudah ada.

Sunardi menambahkan, satu bulan yang lalu Pemerintah desa menawarkan Rumah Tidak Layak Huni (Rutilahu) tetapi ia menolaknya, karena hanya dikasih pasir satu truck saja.
“Pemerintah desa menawarkan Rutilahu pada saya, tetapi saya tolak, karena cuman ngasih pasir satu truck saja, yang tujuanya untuk memplester lantai rumah.Percuma lantai diplester kan rumah saya terendam, bagaimana bisa memplesternya”, terang Sunardi
Ditempat kerjanya Kuwu Rusli Hamzah yang mengaku sebagai tenaga ahli dari salah datu Perusahaan didesa setempat mengatakan, sebelumnya sudah ada upaya untuk membuat saluran irigasi, tetapi disitu tanah milik pribadi semua jadi tidak bisa,karena yang punya tanah tidak ada pengertianya.
Lanjut Kuwu, nanti dibulan Oktober 2025, Pemdes mau mengadakan musyarenbangdes dan memanggil warga untuk mencari solusinya.
“Kami dari Pemdes akan memanggil perwakilan dari masyarakat, RT/RW dan berkoordinasi dengan BPD, cuman nanti bagaimana warga yang punya tanah, bersedia tidak tanahnya dilewati untuk bikin irigasi”, ucap Kuwu
Adapun untuk program Rutilahu ditahun 2025, Pemdes Lohbener tidak ada Program Rutilahu.
Kuwu menambahkan, satu bulan lalu Sunardi dikasih pasir satu truck untuk memplester lantai rumahnya, supaya lantainya tidak tergenang air tetapi ia menolak. Bantuan tersebut bukan program Rutilahu, itu kebijakan Pemdes, yang dianggarkan dari DD sejumlah Rp10 jt.
“Kami dari Pemdes hanya memfasilitasi dengan nilai Rp 10jt, tetapi berbentuk material bukan uang, karena yang punya rumah minta dibangunkan semua jadi tidak bisa.Maka anggaran tersebut saya alihkan ke warga lain Eti Widarti RT/26 RW/06 yang lebih membutuhkanya”, pungkas Kuwu Rusli Hamzah
Untuk menggali kebenaran keterangan yang disampaiakan Kuwu Rusli Hamzah, media ini menyampaikan pada warga yang menolak Rutilahu. Ia mengatakan keterangan yang disampaikan Kuwu Rusli Hamzah itu tidak benar,dia itu bohong.
“Satu bulan lalu Pemerintah desa menawarkan pada saya Rutilahu tidak menyebutkan nilai uang sejumlah Rp 10jt, Pemdes mau ngasih hanya berupa pasir satu truck saja, makanya saya tolak”, tambahnya
Dirinya bersama tokoh masyarakat lainya menambahkan, untuk pembuatan saluran irigasi tidak ada yang melalui tanah milik pribadi, dari dulu saluran irigasi itu sudah ada dan milik PU. Mestinya Pemdes turun kelapangan untuk mengecek dan memfasilitasi serta mencari solusi, jangan karena ada satu dua orang yang keberatan tidak ada tindak lanjut”, pungkas warga.

Pada Minggu 21 September 2025, media ini mempertanyakan pada keluarga Eti Widarti RT/26 RW/06 yang mendapatkan bantuan dari Pemdes.
“Ibu saya Eti Widarti sudah lama meninggal dunia, sebelum mendapatkan bantuan perehaban rumah dari Pemdes” ucap Yudi anak dari Eti Widarti.
Yudi mengakui pada 20 Juli 2025 dapat bantuan perehaban rumah dari Pemdes berupa material pasir satu truck, GRC 4 lembar, cat tembok dan semen yang jumlahnya tidak tahu, karena membeli semen yang dilakukan Pemdes bertahap,setiap hari paling habis 4 atau 5 semen, dikerjakan selam 4 hari. Tidak tahu persis rehab rumah habis biaya berapa, karena Kwitansi pembelian material tidak tahu dan tidak ditunjukan.
“Saya tidak tahu habisnya berapa, karena tidak ada Kwitansinya.saya tidak mengerti apa-apa”, tutup Yudi anak alm.Eti Widarti
Seorang tetangga yang ikut membantu perehaban rumah Alm.Eti Widarti mengatakan diperkirakan biaya untuk perehaban paling habis sejumlah Rp5 jtan.(Tosim)











