Cirebon | dinamikapendidikan.com – Tak henti-henti dan tak bosan-bosannya pihak SMPN Beber Kabupaten Cirebon ini terus punguti siswanya untuk keperluan sekolah yang mana menjadi tanggung jawab pemerintah. Seperti, pembangunan WC, Pemagaran halaman sekolah, Mebeler, Kusen-kusen bangunan sekolah.
Kali ini pihak SMP Beber punguti lagi para siswanya untuk pembuatan WC dengan dalih sudah di sepakati oleh para wali murid. Namun kenyataannya para wali murid banyak yang tidak mengetahui dan merasa sudah jenuh dengan adanya pungutan. “kami sudah jenuh di punguti terus oleh pihak sekolah, mulai dari pembuatan pemagaran, mebeler, kusen sekolah terus WC, namun WC nya tidak jadi malah mangkrak, kayanya uang dari kami di tilep, eh sekarang kami di pungut uang lagi untuk pembuatan WC,” ujar wali murid dengan nada kesal.
Lanjutnya, padahal memungut kepada para siswa itu tidak boleh, apapun dalihnya yang namany pungutan itu tidak di bolehkan tapi aneh komitenya malah menyetujui, apakah komitenya tidak paham Permendikbud nomor 75 tahun 2016 salah satu isi di dalamnya melarang pihak komite Sekolah melakukan Pungutan Pendidikan, yang selanjutnya disebut dengan Pungutan adalah, penarikan uang oleh Sekolah kepada peserta didik, orangtua/walinya yang bersifat wajib, mengikat, serta jumlah dan jangka waktu pemungutannya ditentukan.
“apakah komite pura-pura bodoh atau ada bagian dari uang pungutan itu dan masa sih pihak sekolah tidak paham aturan mana yang namanya pungutan dan sumbangan. maka kami meminta kepada dinas terkait agar melek dan memberikan bantuan, juga khususnya dinas Pendidikan Kabupaten Cirebon jangan tutup mata, harus memberi pemahaman terkait Permendikbud nomor 75 kepada pihak sekolah agar tidak membebani kepada wali murid kedepannya,” harap wali murid.
Hal adanya pungutan kepada para siswa untuk pembangunan WC di lingkungan sekolah di benarkan oleh kepsek SMPN Beber Yulia Dunia. “pungutannya Rp 75.000 (Tuju Puluh Lima Ribu Rupiah) persiswanya. Tidak ada masalah yang penting pungutan itu sudah di setujui oleh wali murid dan tidak memaksa. Lalu ada wartawan mungkin yang tidak suka, entah apa yang tidak sukanya kepada guru atau kepada saya yang jelas masalahnya sudah beres.
Dulu juga waktu kepseknya pak Yunus mungut kepada siswa sebesar Dua Ratus Tujuh Puluh Ribu Rupiah tapi WC nya mangkrak, tidak jadi, terus saya yang rapihkan,” penjelasan Ibu Yulia kepada awak media kamis (02 06) yang mana penjelasannya seperti Kereta Api jarang berhenti sehingga susah unuk di pahami.(Dede S)