Cirebon | dinamikapendidikan.com – Diharapkan setiap pemimpin berperilaku terpuji. Harapan itu seharusnya dapat dipenuhi, oleh karena itu tugas penting para pemimpin adalah menjadi contoh. Seorang kepala Desa (Kuwu) diharapkan menjadi contoh bagi para bawahannya atau masyarakatnya.
Seperti halnya yang Sedang hangat di beritakan di beberapa media onlin, kepemimpinan Kuryati sebagai Kuwu Surakarta sedang ramai menjadi perbincangan warga. Pasalnya, setelah Kegiatan Jalan Santai yang diikuti oleh ribuan warga surakarta, mencuat Perdebatan atas ketidakterlibatan Kuryati dalam agenda yang diadakan oleh Warga Masyarakat Desa Surakarta, Kecamatan Suranenggala, Kabupaten Cirebon, khususnya Jondol Biru.
Riko Riyanto (Tokoh Pemuda Surakarta) saat di hubungi melalui pesan WhatsApp mengatakan, Kuwu Surakarta tak punya jiwa kepemimpinan yang patut ditiru. Pasalnya, beberapa kegiatan warga tidak didukung dan disambut baik olehnya. Seperti kegiatan Jalan Santai yang di adakan Oleh Warga Jondol Biru, misalnya, Sabtu (3/9/2022).
“Seharusnya momentum tersebut dijadikan momentum kebersamaan dan pendekatan Kuwu kepada warganya, apalagi ini adalah kegiatan yang baik untuk kebersamaan dan kekompakan masyarakat terutama di momen Hari Kemerdekaan RI. Malah yang hadir dan mengawal penuh adalah Kuwu tetangga Desa, apa tidak malu?,” ujar Riko.
Tidak Hanya itu, ternyata banyak warga mengeluhkan terkait gaya Kepemimpinan Kuwu Surakarta ini, diantaranya adanya Penasehat Kuwu, Lambatnya Pelayanan, Sulitnya meminjam Mobil Siaga bahkan lebih parah adalah Potongan Tarikan Hansip.
Beberapa warga sempat menyalurkan aspirasi masyarakat terkait beberapa Hal tersebut melalui Badan Permusawaratan Desa (BPD) Surakarta dalam hal ini diwadahi oleh Forum Penyalur Aspirasi Masyarakat (FPAM). Setelah FPAM melakukan Audiensi dengan BPD, nampaknya tidak ada perubahan yang signifikan, sehingga akhirnya masyarakat merasa gaya Kepimpinannya cenderung diktator dan tidak bisa menerima masukan dari warga.
“Mau dibawa kemana masyarakat Desa Surakarta kalau kepemimpinan kuwu tersebut tidak mau menyatu dengan masyarakat. Gimana mau membangun Desa, kalau dengan masyarakatnya sendiri tidak menyatu,” ujarnya
Masih kata Riko Berharap kedepannya Kami berharap seorang pemimpin itu menyatu dengan masyarakat dan tidak tebang pilih,
Pada saat sekarang ini, siapapun sedemikian mudah menyaksikan para pemimpin bertengkar, berebut, saling menghujat, menjatuhkan, dan lain-lain yang lebih buruk dari itu. Mempertontonkan sesuatu yang sebenarnya tidak patut sudah dianggap sebagai hal biasa. Itulah contoh buruk dari para pemimpin yang sehari-hari secara bebas dan terbuka ditunjukkan kepada anak-anak dan generasi muda. Di tengah keadaan seperti itu, tutupnya.(Dede s)