Indramayu | dinamikapendidikan.com – Pihak sekolah SMAN I Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat akan mengawal seluruh siswanya yang akan berangkat studi banding di Malang dan Yogyakarta. Pihak sekolah juga melibatkan guru konseling yang siap menampingi kebutuhan siswanya selama studi banding atau studi kampus di UGM Yogyakarta dan Malang.
Informasi yang diterima dari sumber orang dalam sekolah menyebutkan, mereka akan didampingi oleh wali kelas, guru bimbingan konseling, Kepala sekolah dan dua orang wakasek bidang kesiswaan dan Wakasek bidang Humas.
Dalam studi banding selama lima hari tersebut, hari pertama akan digunakan untuk tour di sekitar wilayah Yogyakarta, hari kedua kunjungan ke Universitas Gajahmada. Selanjutnya, pada hari ketiga akan berwisata ke Gunung Bromo, dan wisata di kawasan Batu Malang.
Tidak tanggung-tanggung, untuk studi banding kali ini seluruh rombongan yang terdiri dari Kepsek, Wakasek, Wali Kelas dan Guru BK serta 200-an siswa SMAN 1 Sindang akan menginap di hotel bintang empat yakni Hotel Ibis Malang dan Cavinton Hotel Yogyakarta sebagai bukti fasilitas mewah dan pelayanan terbaik. Sementara armada busnya menggunakan travel berkelas dari perusahaan bus di Kota Boyolali Jawa Tengah.
Pihak sekolah juga tidak memaksa dan mewajibkan siswanya untuk mengikuti studi banding. Terbukti, lebih dari seratus siswa disana memilih tidak ikut. Besarnya biaya yang dibebani untuk studi banding atau studi kampus ke Yogyakarta dan Malang, membuat ratusan siswa kelas XI SMAN 1 Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat memilih tidak mengikuti studi banding yang dijadwalkan akan berangkat pada hari Sabtu (28/5) hingga hari Kamis (2/6). Mereka beralasan selain mengaku tidak mampu membayar biaya studi banding, siswa berpikiran realistis untuk keperluan yang lebih penting dan mendesak dibanding harus membayar untuk keperluan studi banding.
Namun, mayoritas siswa mengaku tak mampu membayar biaya yang ditarget Rp 2 juta karena dianggap terlalu besar dan membebani. Sejumlah siswa mengaku tidak mengikuti studi banding karena faktor ekonomi orangtua terlebih studi banding digelar usai lebaran sehingga banyak orang tua yang memilih tidak memberangkatkan anaknya untuk studi banding ke Yogyakarta dan Malang.
Ditambahkan sumber itu, mereka akan didampingi oleh Wali Kelas, Guru Bimbingan Konseling, Kepala Sekolah dan 2 orang Wakasek Bidang Kesiswaan dan Wakasek Bidang Humas yang selalu stanby mendampingi kebutuhan siswanya.
“Nekadnya” pihak sekolah yang memaksakan berangkat studi banding keluar daerah Jawa Barat mendapat respon tidak baik, berbagai kalangan menilai bertentangan dengan Himbauan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil yang tertuang dalam surat edaran untuk seluruh sekolah dari mulai jenjang SD, SMP, SMA dan SMK untuk tidak melakukan studi banding atau wisata ke luar Jawa Barat.
RK meminta kepada seluruh civitas sekolah untuk memanfaatkan studi banding dan wisata ke obyek obyek wisata yang ada di Jawa Barat. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kembali ekonomi masyarakat di daerah wisata paska wabah covid 19
Kepala SMA Negeri 1 Sindang, Kabupaten Indramayu, H. Setyo Adisapto didampingi Humas, Sodikin mengaku serba salah. Keberangkatan Studi Banding keluar Jawa Barat itu sudah direncanakan jauh-jauh hari sebelum adanya Edaran dari Guberner Jabar.
Selain itu, pilihan studi banding itu juga atas dasar keinginan para siswa, termasuk soal pilihan biaya yg memilih angka 2 juta. “Kami pihak sekolah hanya memfasilitasi. Munculnya biaya 2 juta itu juga pilihan dari siswa itu sendiri. Ibarat kita Umroh, yang biayanya besar tentunya mendapatkan fasilitas lebih baik, misal hotel menginap mewah dan jaraknya dekat dengan Kabah. Kita masih koordinasi dengan Disdik Jabar agar jangan sampe salah, pokoke kita koordinasi terus sebelum kepastian berangkat studi kampus.Kami juga tidak memaksakan siwa wajib ikut studi kampus, karena itu adalah kepentingan siswa sendiri untuk referensi dan memilih kuliah dimana” kata Kepsek yang biasa dipanggil Tio.(Chong Soneta)