Cirbon | dinamikapendidikan.com – Sering heran melihat guru-guru di tempat mengajar sibuk dengan laptopnya masing-masing. Wajahnya serius amat pula. Tidak seperti biasanya, mereka sangat fokus seakan nggak bisa diganggu. Padahal, KBM masih berlangsung. Artinya, mereka punya kewajiban mengajar di kelas. Setelah coba ditanya, ternyata mereka sedang mengurus keruwetan birokrasi laporan hasil kinerja dan fokus membuka PMM, alias Platform Merdeka Mengajar.
Lantas, bertanya kepada salah satu guru yang lagi sibuk itu. “Bu, nggak ngajar?” Lalu, dia menjawab dengan sarkas, “Saya sudah ngasih tugas, Pak. Biar anak-anak belajar mandiri, soalnya gurunya sibuk juga.” Jawab guru itu.
Kalau boleh diakui, Kurikulum Merdeka memang menghasilkan banyak program-program baru. Terutama berbagai program untuk guru. Salah satu program yang jadi andalan adalah CGP (Calon Guru Penggerak). Program ini ditujukan untuk meningkatkan kualitas guru dengan pemahaman yang mendalam tentang kurikulum ini. Dengan harapan, para guru penggerak ini dapat menjadi penggerak utama terkait informasi dan penerapan Kurikulum Merdeka di sekolah.
Namun pada kenyataannya, program ini kadang justru memberi beban administrasi yang berat untuk guru. Alhasil, siswa hanya menjadi sasaran konten untuk tugas guru yang bersangkutan dan kadang sering ditelantarkan. Sering dicurhati beberapa guru yang mengikuti program CGP ini. Mereka sering kali mengeluh karena tugas-tugas yang bejibun. Belum selesai satu tugas, sudah ditambah tugas baru lagi.
Akhirnya, mereka malah sibuk mengerjakan tugas CGP daripada mengajar di kelas. Sekalipun datang ke kelas, para guru yang ikut program CGP ini lebih memilih memberi tugas untuk dikerjakan siswa. Sedangkan dirinya sebagai guru membuka laptop untuk mengerjakan tugas CGP yang terus bertambah. Ini kan ironis.(Dede S)